Selasa, 28 Juli 2009

SARASAMUSCAYA "Pelaksana Dharma"

Pelaksana Dharma

41. Maka yang harus anda perhatikan, jia ada hal yang ditimbulkan oleh perbuatan, perkataan dan pikiran, yang tidak menyenangkan dirimu sendiri, malahan menimbulkan duka yang menyebabkan sakit hati; perbuatan itu jangan hendaknya anda lakukan kepada orang lain; jangan tidak mengukur baju di badan sendiri, perilaku anda yang demikian, itulah dharma namanya; penyelewengan ajaran dharma, jangan hendaknya dilakukan.

42. Bahwa segala perilaku orang yang bijaksana, orang yang jujur, orang satya-wacana, pun orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya dan tulus ikhlas lahir batin pasti berlandaskan dharma segala laksana beliau : laksana beliau itulah patut dituruti; jika telah dapat menurutinya, itulah dinamai laksana beliau itulah patut dituruti; jika telah dapat menurutinya, itulah dinamai laksana dharma.

43. Adapun dharma itu, menyelusup dan mengelilingi seluruh yang ada, tidak ada yang mengakui, pun tidak ada yang diakuinya, serta tidak ada yang menegur atau terikat dengan sesuatu apapun; tidak ada yang menegur atau terikat dengan sesuatu apapun; tidak dikenal siapa bapaknya; rupa-rupanya tidak ada yang diakui bapa olehnya; perumpamaan ini diambil, sebab sesungguhnya sangat sukar untuk dapat mengetahui dan melaksanakan dharma itu.

44. Karena itu perhatikanlah segala perbuatan anda, sehingga anda dapat mengetahui hakekat sejatinya yang disebut dharma; setelah anda mengetahui, simpanlah itu baik-baik di dalam hati; sebagaimana telah hamba katakan dulu, segala yang tidak menyenangkan anda, hal itu jangan hendaknya dilakukan pada orang lain.

45. Adapun orang yang sama sekali tidak melakukan laksana dharma, adalah seperti padi yang hampa atau telur busuk, kenyataannya ada, tetapi tiada gunanya.

46. Sebab peri keadaan orang kebanyakan, (orang yang belum mencapai tingkat filsafat) ia tidak mengerti akan hakekat dharma, dan juga tidak tahu bagaimana cara mengendalikan nafsu; yang dapat dicapainya hanyalah untuk mati tujuannya mereka hidup, maksud matinya adalah hanya untuk lahir lagi; orang kebanyakan yang demikian keadaannya itu, bukan mati yang dipikirkannya, cobalah pikirkan, kehidupannya serupa itu tiada bedanya dengan rumput yang mati untuk tumbuh kembali, dan tumbuhnya hanya untuk menunggu matinya.

47. Tambahan pula orang yang ingkar akan perbuatan yang bersandarkan dharma, disebabkan karena angkuhnya, serta tetap ia melakukan perbuatan adharma, juga yang mengikuti tindakannya itu, tak dapat tiada pasti kesedihan yang akan dialaminya.

48. Lagi perbuatan orang yang bodoh, senantiasa tetap berlaku menyalahi dharma; setelah ia lepas dari neraka, menitislah ia menjadi binatang, seperti biri-biri, kerbau dan lain sebagainya; bila kelahirannya kemudian meningkat, ia menitis menjadi orang yang hina, sengsara, diombang-ambingkan kesedihan dan kemurungan hati, dan tidak mengalami kesenangan.

49. Karenanya, inilah yang patut dilakukan; adalah harta kekayaan yang tidak dapat dirampas, tak dapat dicuri, yang mengikuti anda waktu berpulang; harta kekayaan yang demikian keadaannya, itulah yang patut diusahakan memperolehnya.

50. Biarpun orang sangat miskin dan hidup dari hasil meminta-minta, jika tetap yakin dan kuat melakukan dharma, anggaplah diri anda kaya saja, sebab laksana dharma itulah merupakan harga kekayaan orang saleh, itulah patut dicari, itulah yang kukatakan harta kekayaan yang tidak dapat dicuri dirampas dan sebagainya.

51. Dan lagi kataku, orang yang tekun melaksanakan dharma, tak mungkin tidak akan memperoleh penghidupan, mustahillah beliau tidak memperoleh makanan, sayur-sayuran dan air, segala sesuatunya itu mudah diperolehnya, yang seakan-akan menawarkan diri untuk menjadi santapan beliau.

52. Ini hendaknya diingat, banyaklah ada tumbuh-tumbuhan di dalam hutan yang daunnya boleh dimakan; begitupun sungai-sungai yang dalam serta jernih airnya terdapat pula di sana; adapun yang merupakan penerangannya adalah bulan; sehingga sebenarnya tidak ada gunanya mati-matian mengejar kekayaan duniawi, karena mungkin akan terlambat dan membuang waktu saja.

53. Ini hendaknya dilakukan, meskipun sangat sibuk sampai terengah-engah orang dalam pelaksanaan dharma, sambilkanlah berusaha mencari harta dalam sela-sela kesibukan itu, sebagai halnya lembu yang tengah berisi gandar bajak punggungnya, berkeliling menarik (bajak) di sawah, disambilkannya mencabut/menarik rumput yang ada didekatnya, maka karena itu ia (si lembu) menjadi senang.

54. Lagi pula terlampau amat mulia dharma itu, amat rahasia pula, tidak bedanya dengan jejak ikan di dalam air, namun dituntut juga oleh sang pandita dengan ketenangan, kesabaran, keteguhan iman, terus diusahakan.

Tentang caturwarna akan dibicarakan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar