Jumat, 25 Desember 2009

kejujuran

Om wastyastu.
Paradarmika yang titiang Hormati, sapunapi gatrena, dumogi Hyang Pramewisesa ledang micayang Wara Nugrahanya, Dirhayusa, tur rahajeng sinamian.
Puniki titiang menyempatkan diri untuk sekedar say helo, dengan sedikit oleh oleh penyejuk iman minabang titiang becik anggen Dongeng sebelum bobok, riantukan napkale ne mangkin alit alite samian demam dengan sinetron, sentuhan ceritra sekitar kita nyaris tak terdengar, inggih rarisang dumogi wenten pikonohnyane.

KEJUJURAN

SEBUAH RAHASIA DIBALIK KEJUJURAN

Oleh Jero Mangku Sudiada.(JMS)

Didalam Hindu dikenal dengan pilar “PANCA PAGEH” – Kepagehan apakah itu.

Panca = lima sedangkan, Pageh = adalah kokoh / teguh kuat, sehingga saking pagehnya sering diasumsikan dengan Pilar, karena pilar sebagai tiang penyangga sebuah bangunan sehingga bangunan itu menjdi kuat kuat dan kokoh, yaning nirgamayang Hindu ini adalah sebuah Bangunan, maka Lima Pilar itu terdiri dari :

  1. Dharma ….Kedharmane ngaran patut, tinujon sang manumadi…..dst.
  2. Setya……..Setya adalah gembok utama dlam sebuah kejujuran, Setya mitra, setya

wacana, Setya laksana, Setia Hrudaya, Konsept jujur adalah ”Setya”

  1. Prema…….Kasih saying…Hidup adalah sebuah kasih sayang…..kita terlahir dari

perpaduan kasih ssayang mejalaran antuk Tresna.

4. Himsa..... Ahimsa Jangan pernah menyakiti orang kalau kita tidak mau disakiti.

5. Santhi...... ...Damai dihati, damai di dunia dan damai dalam Kasih Hyang Widhi.

Selanjutnya akan ada pertanyaan, kalau memang demikian JUJUR itu ada dimana.....? nah untuk itu ikuti sebuah kidsah dibawah ini.

Ada sebuah area yang cukup besar diplembah sebuah pegunungan Kasmir dimana daerah ini sangat subur, dan konon sampai sekarang selalu menjadikan idola Industri pertanian, karena musim dan cuaca sangat mendukung, area ini sring disebutkan dengan nama ”Kunda Dwipa” daerah ini terbagi menjadi tiga lokasi yang sangat strategis yang masing masing daerah ini dikuasi oleh seorang raja, yang terdiri dari Kunda dwipa, Kulon Progo, dan Kiduling Progo. The Facto dalam kerajaan ini, Kunda Dwipa yang paling unggul, paling masyur, dan paling kaya dibawah kekuasaan seorang raja anom yg arif bijaksana yang bernama ”GIRI PUTRA TUNGGA DEVA”.

Secara tidak langsung kedua kerajaan yang lainnya sudah dikuasai, tetapi saking kearifan sang Giri Putra, maka kerajaan yang lainnya nyapun tidak pernah merasa dijajah, sehingga seolah olah Kulon Progo dan kiduling Progo sering disebut bagian dari kerajaan ”Kunda Dwipa”

Sang raja Giri Putra melai naik tahta ketika beliau nerusia 27 tahun Usia yang sangat ideal menjadi raja, hanya saja saat itu ketika naik tahta belum mempunyai pendamping /permaisuri, lantaran Ayahnda sang Raja Lingsir, selalu memaksakan kehendak agar mengambil Permaisuri dari salah satu kerajaan Kunda Dwipa yaitu Kulon, maupun Kiduling Progo kebetulan masing masing kerajaan itu memiliki putri yang setimpal dengan usia Giri Putra.

Giri Putra tetap menolak, sampai akhirnya Sang Raja Lingsir wafat sebelum Giri Putra punya pendamping. Akhirnya Giri Putra dinobatkan menjadi Raja tanpa Pendamping.

Pada Acara Penobatan itu dihadiri oleh sang Raja Kulon, Kidul Progo dengan membawa masing masing Putrinya, dan secara spontanitas kedua raja itu mempersembahkan Putri kesayangannya untuk dijadikan Istri dgn tanpa embel embel harus menjadi Permaisuri.

Malang sudah ditolak, kini giliran mujur yang datang, dengan latar blakang untuk mempersatukan Daerah Kunda Dwipa, akhirnya sang Giri Putra mengambil kedua putri itu untuk dijadikan Istri dengan porsi posisi yang sama.

Mari kita lihat sebenarnya apa sih yang menyebabkan Giri Putra ini begitu susah untuk mengambil istri......?

Percaya tidak.... dibalik kisah ini, sebenarnya Giri Putra hatinya sudah terpaut oleh Gadis lembut, cantik, sederhana, yang tak lain adalah seorang Pengabdi di Istana yang berasal dari wangsa sudra. sebenarnya sudah pernah diutarakan kepada sang raja Lingsir, dengan alasan derajat kelahiran Ayahandanya sang raja lingsir menolak keras untuk dijadikan Prami, meskipun Giri Putra sudah bersusah payah untuk meyakinkan Bahwasanya derajat hidup itu ditentukan oleh sebuah Process kehidupan bagaimana kita memposisikan diri kita. ”VASUDEWA KUNTUMBHAKAM” kita adalah sama semuanya” setiap kelahiran manusia dari perut ibunya adalah Sudra, prosess selanjutnyalah yg mjenentukan jati dirinya kita dimana dan sebagai apa......Who doing What....and .......How Low can you go

Giri Putra sangat Bijaksana, akhirnya Kedua Putri raja dinikahi dan Gadis Pengabdi istana itupun dijadikan istri, dan dilakukan secara adil dan bijaksana, tanpa ada timbangan yang berat separuh..... ....

Gelisang Satua Enggal...... ..kini Giri Putra sudah memerintah 25 tahun tanpa cedera masyarakat mengelu elukan Kearifannya, merupakan puncak kemasyruan Kunda Dwipa, tidak perlu ada KPK, tidak ada istilah Cecak dan buaya,...... Hidup dalah sebuah perjuangan tidak ada sukses tanpa perjuangan dan tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan, baik berupa waktu, tenaga dan pikiran.

Tan Hana Wwang sweta anulus, dunia ini tidak ada yang sempurna, persoalan meruncing ketika melihat kenyataan Giri Purta, berputrankan 3 orang putra sebaya yang masing masing itu berasal dari ketiga Istrinya itu.....Putra Kulon, Putra Kidul, dan Giri Kunda yang ibunya berasl dari seorang abdi istana.

Masalah ini muncul dari Masing masing Kerajaan yang mengharapkan penerusnya itu berasal dari daerahnya masing masing, sedangkan Giri Kunda tidak pernah berangan angan bahkan mimpi jadi rajakpun tidak pernah, selain sumerah dan takluk dari sabda sang Nata Ratu yaitu ayahnya sendiri.

Sang Raja menyadari hal ini, menghindari terjadi lagi Solusi Empu Bradah untuk membagi kerajaan Daha = Jenggala dan Kahuripan, akhirnya beliau ambil solusi, dikumpulkan seisi istana, Bagawanta, Ketiga Istrinya, Ketiga Putranya diberikan tugas untuk menumbuhkan, merawat dan membesarkan masing masing sebuah tunas buah / biji ”mahkota dewa” silahkan memilih lokasi untuk menumbuhkan dan merawat tunas mahkota dewa itu dg baik dalam kurun waktu satu tahun, Barang siapa yang berhasil menumbuhkan biji buah itu, dialah yang patut menjadi raja mahkota, ”dgn catatan” yang lainnya tidak boleh membrontak karena akan diberikan jabatan sesuai dengan talentanya masing masing dan harus puas dengan posisi itu.

setahun sudah berlalu, Akhirnya sampailah pada waktu yg ditentukan, Putra Kulon, Putra Kidul, dgn masih masing pohon ”Mahkota Dewanya” subur luar biasa, sedangkan Giri Kunda tetap hadir meskipun Pot yang dibawanya jangankan Mahkota Dewa rumputpun tidak ada yang tumbuh, Giri Kunda tetap tegar hadir dan siap untuk menerima hukuman apapun bentuknya dari sang Raja, arena tidak bisa menumbuhkan tunas itu, Giri Kunda tetap sumerah diri, dalam hatinya selalu berucap

Om asatoma sadgamaya, Tamasoma Jyotir Gamaya, Mretyor ma Mretam gamaya”

Duh Hyang Widhi Wasa, tuntunlah kami dari kegelapan menuju sinar sucimu, bawalah kami dari lembah nista menuju jalan Dharma, tunjukanlah jalan kematian menuju kelanggengan. Om

Diawali dengan statement penuh kejujuran Tanpa basa basi, semua Putra putranya disuruh berceritra bagaimana caranya membesarkan masih masing buah itu, dgn logatnya masing masing semuanya berceritra indah, dari mulai persiapan s/d akhirnya biji buah Mahkota dewa itu tumbuh dengan sempurna seperti apa yang sang raja saksikan sekarang ini.

Lain halnya Putra Bungsu, Giri Kunda, dengan penuh Iba, nelongso bahwa dirinya telah gagal untuk mengemban sabda sang Raja dan ternyata Biji yang dirawatnya siang dan malam tidak kunjung tumbuh seperangkat pot yang masih bertunaskan biji mahkota dewa masih utuh kering krontang itupun dipersembahkan kpd sang raja.

Bukan main Gemas hati sang raja sambil gemertak giginya menahan amarah.....kenapa. ..?

Putranya Giri Kulon dan Giri Kidul, terbalik tertuduh telah GAGAL mengemban tugas, ”KEJUJURAN” karena sesungguhnya Ketiga Tunas Mahkota Dewa itu, sebelumnya sudah direndam dalam larutan kimia, shga tunas itu ”TIDAK BISA TUMBUH”

Akhirnya diputuskanlah dlm Mahasabha itu dinobatkanlah Putra bungsu GIRI KUNDA untuk meneruskan tahta kerajaan atas dedikasinya mengemban tugas kejujuran, disinilah kemudian asal muasalnya munculnya Ceritra ”WATUGUNUNG” putra dari Giri Kunda yg sangat populer dalam

  1. Wariga
  2. ” Dewi Sinta, Dewi Landep,
  3. Watugunung runtuh,....
  4. Paid paidan.....?

Semoga panjang Yusa titiang pacang lanturan duk rahinane benjang..... .he...... he......?

Dumogi wenteh Pikenohnyane.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar