Selasa, 25 Agustus 2009

Catur Warna

55. Brahmanah adalah golongan pertama, menyusul ksatria, lalu wesia; ketiga golongan itu sama-sama dwijati; dwijati artinya lahir dua kali, sebab tatkala mereka menginjak masa kelahiran yang kedua kali, adalah selesai mereka menjalani upacara pensucian (pentahbisan), itulah sebabnya mereka itu ketiga-tiganya disebut lahir dua kali; adapun sudra yang merupakan golongan ke-empat, disebut ekajati: lahir satu kali; tidak boleh dikenakan kepadanya bratasangskara; tidak diharuskan melakukan brahmacari; demikian halnya keempat golongan itu; itulah ynag disebut caturwarna, tidak ada golongan yang kelima.

Catatan : Tentang uraian no. 55 tersebut di atas ada terdapat dalam manusmrti bagian X ayat 4 sebagai berikut : "golongan brahmanah, ksatria dan wesia adalah golongan dwijati, dua kali terjadi tapi golongan yang keempat, golongan sudra, hanya mempunyai satu kelahiran saja; tidak ada golongan kelima".

56. Berikut inilah dharma sang brahmana; mempelajari Weda, mengadakan upacara kebaktian atau pujaan, memberikan amal sosial, berkunjung ke tempat-tempat suci, memberikan ajaran-ajaran (penerangan agama), memimpin upacara dan dibenarkan menerima derma.

Catatan : akan dharma sang brahmana menusmrti bagian I ayat 88 mengatakan : kepada sang brahmana ditentukan mengajar dan mempelajari Weda, mengadakan kebaktian untuk kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain, memberi dan menerima derma atau sedekah "(Thelawas of Manu, Oxford, Clarendon Press 1886).

57. Ini adalah brata sang brahmana, dua belas banyaknya, perinciannya : dharma, satya tapa, dama, wimarsaritwa, hrih, titiksa anasuya, yajna, dana, dhrti, ksama, itulah perinciannya sebanyak dua belas; dharma dari satyalah, sumbernyatapa artinya "Carira sang-cosana yaitu dapat mengendalikan jasmani dan mengurangi nafsu; dama artinya tenang dan sabar, tahu menasehati dirinya sendiri, wimatsarita artinya tidak dengki-irihati, hrih berarti malu, mempunyai rasa malu, titiksa artinya jangan sangat gusar, anasuya berarti tidak berbuar dosa, yajna adalah mempunyai kemauan mengadakan pujaan; dana adalah memberikan sedekah, dhrti artinya penenangan dan pensucian pikiran, ksama berarti tahan sabar dan suka mengampuni; itulah brata sang brahmana.

1) "dama'upacama" berarti pula penaklukan hawa nafsu,

2) "wimatsaritwa" berarti pula; tidak serakah tidak mementingkan diri sendiri (egois),

3) "hrih" berarti pula kerendahan hati, kesopanan,

4) ‘titiksa" berarti pula sabar, tahan sabar (tidak resah),

5) "anasuya" berarti pula a.1. tidak berhati marah, tidak bertabiat jahat (tan dosagrahi)

6) "ksama" berarti pula a.1. kehendak hati suka mengampuni, memaafkan.

58. Maka yang harus dilakukan oleh sang ksatria; harus mempelajari Weda, senantiasa melakukan korban api suci, mengadakan upacara kebaktian, menjaga keamanan negara, mengenal bawahannya sampai sanak keluarga dan laum kerabatnya, memberikan sedekah; jika ia berbuat demikian, tingkatan alam sorga akan diperolehnya kelak.

Catatan : Manusmrti bagian I ayat 89 menyebutkan "kepada orang ksatria dititahkan untuk melindungi rakyat, melakukan pemberian hadiah, mengadakan upacara kebaktian, mempelajari Weda dan menjauhkan diri dari kesenangan nafsu" (The laws of Manu, Oxford, Clarendon Press 1886).

59. Yang patut dilakukan oleh sang waisya : ia harus belajar pada sang brahmana, maupun pada sang ksatria dan hendaklah ia memberikan sedekah pada saaatnya; waktu persedekahan tiba, pada hari yang baik, hendaklah ia membagi-bagikan sedekah kepada semua orang yang meminta bantuan kepadanya, dan taat mengadakan pujaan kepada tiga api suci, yang disebut Tryagni yaitu tiga api suci, perinciannya adalah : ahawaniya, garhaspatya dan citagni; ahawaniya artinya api tukang tukang masak untuk memasak makanan, garhaspatya artinya api upacara perkawinan; itulah api yang dipakai saksi pada waktu perkawinan dilangsungkan; citagni artinya api untuk membakar mayat, itulah yang disebut tig aapi suci; api itulah harus dihormati dan dipuja oleh sang waisya; perbuatannya demikian itu menyampaikan dia ke alam sorga kelak.

Catatan : Triagni = agnitreta, urutannya : ahawaniya, garhapatya dan daksinagni; citagni (cita-agni adalah api tersendiri, api pembakaran mayat, lihat kamus Juynboll hal 195, cita = unggun tempat pembakaran mayat.

Manusmrti bagian I ayat 90 menyebutkan yang harus dilakukan orang waisya sebagai berikut : "memelihara hewan, melakukan pemberian hadiah (sedekah), mengadakan upacara kebaktian, mempelajari sastra (weda), berniaga, meminjamkan uang dan mengusahakan tanah", penghormatan kepada api suci tidak disebutkan.

60. Akan perilaku sang sudra, setia pengabdi kepada brahmana, ksatria dan waisya, sebagaimana harusnya; apabila puaslah ketiga golongan yang dilayani olehnya maka terhapuslah dosanya dan berhasil segala usahanya.

61. Jika da hal yang demikian keadaannya : raja yang pengecut, brahmana doyan segala makanan, waisya yang tidak ada kegiatan dalam pekerjaan berniaga, berjual beli dan sebagainya, sudra enggan, tidak suka mengabdi kepada triwarna, pandita yang bertabiat jahat, orang yang bekelahiran utama nyeleweng dari hidup sopan santun, brahmana yang curang dan wanita yang bertabiat nakal dan berlaku jahat.

62. Lain lagi wanaprastha dan sejenisnya, yaitu orang-orang yang mempersiapkan diri untuk memperoleh kelepasan (moksa), akan tetapi orang itu tidak lenyap nafsu berahinya, malahan ia memasak makanan hanya bagi kepentingan dirinya sendiri saja, mencemarkan tempat-tempat suci, yaitu tempat memperoleh ajaran-ajaran suci, angkara murka, tidak mengindahkan segalal yang mengakibatkan kebahagiaan, kerajaan tanpa raja, seorang kepala rumah tangga tidak mengasihi anak-anaknyaa; pun pun tidak memperdulikan keadaan masyarakat; sedemikian banyaknya hal-hal yang menimbulkan prihatin; terang nyata mereka itu pasti akan menemui malapetaka

63. Inilah perilaku keempat golongan yang patut dilaksanakan : arjawa, jujur dan terus terang; anrcangsya, artinya tidak nrcangsya; nrcangsya maksudnya mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan kesusahan orang lain, hanya mementingkan segala yang menimbulkan kesenangan bagi dirinya; itulah disebut nrcangsya; tingkah laku yang tidak demikian, anrcangsya namanya; dama, artinya dapat menasehati dirinya sendiri; indriyanigraha, mengekang hawa nafsu; keempat perilaku itulah yang harus dibiasakan oleh sang caturwarna; demikian sabda bhatara Manu.

*) Nrcangsya banyak artinya, kesemuanya menunjukkan tingkah laku yang kejam, merugikan sesama manusia, dalam keadaan tidak mengenal kondisi ketuhanan.

64. Inilah yang benar-benar harus dikuasai : ahimsa : tidak menyakiti atau tidak membunuh : satya, berkata benar, tidak berniat jahat terhadap makhluk apapun, siklan, tahan uji; si tan paleh, tidak alpa/lengah; orang yang memiliki semuanya itu sesungguhnya telah mendapatkan kebahagiaan.

65. Sebab selama ketidak jujuran menjadi dasar perbuatan, terang itu adalah alam maut, yang tidak mengakibatkan terlepas dari ikatan hidup duniawi; akan tetapi, jika arjawa, (ketulusan hati) dasar perbuatan itu, tetnu Brahmaloka tercapai, tempat menikmati kebebasan (moksa); demikianlah dalam keseluruhannya jalan ikhtiar atau cara berpikir; tiada guna banyak bicara; itulah yang merupakan waton (dasar kekuatan) pikiran'.

66. Maka sifat yang disebut tidak mementingkan diri sendiri, itulah dharma yang utama; sifat tahan uji adalah kesaktian yang hebat; kapandaian anda membawa diri tidak melupakan sesama, apalagi anda yakin (percaya) akan adanya atma, itulah disebut pengetahuan mystik yang sangat luhur; maka yang disebut hakekat brata (janji atas diri) adalah satya (kesetiaan) saja adanya.

67. Inilah keburukannnya nrcangsa (mementingkan diri sendiri) tidak disukai dalam masyarakat; orang yang papa hina sekalipun tidak menyukainya; sebagai orang menghindari duri, smuru kering, ataupun api; demikianlah semua orang sesungguhnya meninggalkan orang yang nrcangsa itu.

68. Keutamaan dama adalah demikian; dama artinya ketenangan hati, yang menyebabkan orang sadar, sanggup menasehati diri sendiri; itu lebih utamadari dana; yang dinamai dana itu membawa pahala nama harum dan kedudukan tinggi mulia; namun dana itu kalah oleh dama; sebab orang yang dermawan, yaitu orang yang melakukan pemberian sedekah (dana) dapat terjadi ia tidak mempunyai dama, sehingga dapat dipengaruhi oleh kemarahan dan lain-lain sebagai itu; akan tetapi orang yang memiliki dama, ketenangan hati, niscaya ia tidak tersesat, karena senantiasa sadar; oleh karena itu lebih utama dama daripada dana.

69. Dan lagi bukan orang yang tubuhnya basah karena dibasuh dengan air, disebut mandi melainkan orang yang disebut sungguh-sungguh mandi, sebenarnya adalah orang yang memiliki dama, yang juga disebut danta (suci); orang yang demikian itulah benar-benar mandi menurut kata sang pandita, suci bersih lahir bathin.

70. Beginilah perihal pandita (orang yang memiliki sifat dama), ia tidak bohong, tidak bergiran hati jika mengalami kesenangan, tidak bersedih hati sekalipun tertimpa kedukaan, mendalam pengetahuannya tentang filsafat, sanggup menasehati dirinya sendiri, sebab memiliki dama ia disebut danta.

71. Inilah lagi akan diuraikan, nafsu yang dianggap penyebab sorga ataupun neraka; keterangannya, jika nafsu itu dapat dikuasai pengekangannya, itulah merupakan sorga namanya; apabila tidak dapat dikuasai pengekangannya, itulah merupakan neraka.

72. Pahala dari pengekangan nafsu itu, adalah dirghayusa (panjang umur), tingkah laku baik, kuat pada yoga, kesaktian, kemasyhuran atau nama harum, dharma, artha, itulah yang akan diperoleh, sebagai pahala dapat dikuasai hawa nafsu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar